Cerewet.site - Menurut perusahaan keamanan siber Ensign InfoSecurity, ancaman siber yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) akan semakin meningkat pada tahun ini. Lihat alasan.
Menurut Adithya Nugraputra, Head of Consulting Ensign InfoSecurity Indonesia, penjahat siber dapat menggunakan AI untuk melakukan serangan, selain membantu tim keamanan.
Di acara Media Briefing Eksklusif, Rabu (15/5), Adithya menyatakan bahwa AI menjadi sangat penting saat ini. Selain membantu tim keamanan, mereka juga membantu tim penyerang.
Sekarang para hacker menggunakan AI untuk mengeksplorasi awal dan akses, seperti phishing, dan mengembangkan senjata siber baru seperti polimorfisme, jika biasanya membantu tim keamanan mendeteksi aktivitas mencurigakan atau jahat.
Para hacker dari berbagai negara mulai melakukan serangan siber dengan memanfaatkan teknologi AI, menurut pemimpin teknologi Microsoft sebelumnya.
Menurut laporan Microsoft, "Navigating Cyberthreats and Strengthening Defenses in the Era of AI," ancaman siber telah menjadi lebih sulit karena para penjahat yang semakin termotivasi, semakin canggih, dan memiliki lebih banyak sumber daya.
Pihak yang bertahan dan pelaku ancaman melihat AI, termasuk large language model (LLM), untuk meningkatkan produktivitas dan memanfaatkan platform yang mudah diakses yang sesuai dengan tujuan dan teknik serangan.
Pengamanan ancaman AI
Sistem keamanan digital harus terus dilindungi dari serangan siber yang melibatkan kecerdasan buatan.
Oleh karena itu, diperlukan penetapan aturan sistem probabilistik AI. Protokol keamanan dan deteksi harus ditingkatkan untuk mengatasi sifat probabilistik sistem AI, yang seringkali sulit diprediksi.
Untuk menghindari data yang seharusnya digunakan untuk melatih AI malah dimanipulasi, AI juga harus dilindungi dari racun data.
Sekarang para hacker menggunakan AI untuk mengeksplorasi awal dan akses, seperti phishing, dan mengembangkan senjata siber baru seperti polimorfisme, jika biasanya membantu tim keamanan mendeteksi aktivitas mencurigakan atau jahat.
Para hacker dari berbagai negara mulai melakukan serangan siber dengan memanfaatkan teknologi AI, menurut pemimpin teknologi Microsoft sebelumnya.
Menurut laporan Microsoft, "Navigating Cyberthreats and Strengthening Defenses in the Era of AI," ancaman siber telah menjadi lebih sulit karena para penjahat yang semakin termotivasi, semakin canggih, dan memiliki lebih banyak sumber daya.
Pihak yang bertahan dan pelaku ancaman melihat AI, termasuk large language model (LLM), untuk meningkatkan produktivitas dan memanfaatkan platform yang mudah diakses yang sesuai dengan tujuan dan teknik serangan.
Pengamanan ancaman AI
Sistem keamanan digital harus terus dilindungi dari serangan siber yang melibatkan kecerdasan buatan.
Oleh karena itu, diperlukan penetapan aturan sistem probabilistik AI. Protokol keamanan dan deteksi harus ditingkatkan untuk mengatasi sifat probabilistik sistem AI, yang seringkali sulit diprediksi.
Untuk menghindari data yang seharusnya digunakan untuk melatih AI malah dimanipulasi, AI juga harus dilindungi dari racun data.
