
Cerewet.site - Untuk mengimbangi penurunan produksi yang diperkirakan signifikan, pemerintah berencana mengimpor 5,17 juta ton beras tahun ini, yang merupakan peningkatan dari kuota sebelumnya sebesar 3,6 juta ton.
Impor beras sebanyak 1,77 juta ton terjadi dari Januari hingga April 2024, menurut Sarwo Edhy, Plt Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional (Bapanas).Kemudian pada Mei-Desember 2024, pemerintah melalui Perum Bulog berencana mengimpor 3,4 juta ton beras.
Dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah pada Senin (24/6) mengatakan, "Jadi tahun ini kita akan impor sekitar 5,17 juta ton... Dan surat persetujuan impor ( SPI) dari Kementerian Perdagangan itu ada 3,6 juta ton untuk tahun ini."
Pemerintah menetapkan kuota impor beras tahun ini sebanyak 2 juta ton tahun lalu. Namun, pada Februari 2024, kuota itu meningkat menjadi 3,6 juta ton.
Edhy juga mengatakan bahwa stok beras sampai akhir 2024 adalah 9,6 juta ton. Dengan produksi beras nasional mencapai 31,5 juta ton dan rencana impor 5,17 juta ton terpenuhi, stok ini dapat dipenuhi.
Edhy menjelaskan, "Ini belum dihitung jika banjir, kekeringan, dan serangan hama penyakit tidak terjadi. Tapi jika itu terjadi, angka 31,5 juta ton ini mungkin lebih rendah lagi."
Saat ini kita mengalami kekurangan sekitar 2,4 juta ton dari Januari hingga Juni 2024 dibandingkan dengan periode 1 Januari hingga Juni 2023, jadi ini memang yang perlu diantisipasi.
Dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah pada Senin (24/6) mengatakan, "Jadi tahun ini kita akan impor sekitar 5,17 juta ton... Dan surat persetujuan impor ( SPI) dari Kementerian Perdagangan itu ada 3,6 juta ton untuk tahun ini."
Pemerintah menetapkan kuota impor beras tahun ini sebanyak 2 juta ton tahun lalu. Namun, pada Februari 2024, kuota itu meningkat menjadi 3,6 juta ton.
Edhy juga mengatakan bahwa stok beras sampai akhir 2024 adalah 9,6 juta ton. Dengan produksi beras nasional mencapai 31,5 juta ton dan rencana impor 5,17 juta ton terpenuhi, stok ini dapat dipenuhi.
Edhy menjelaskan, "Ini belum dihitung jika banjir, kekeringan, dan serangan hama penyakit tidak terjadi. Tapi jika itu terjadi, angka 31,5 juta ton ini mungkin lebih rendah lagi."
Saat ini kita mengalami kekurangan sekitar 2,4 juta ton dari Januari hingga Juni 2024 dibandingkan dengan periode 1 Januari hingga Juni 2023, jadi ini memang yang perlu diantisipasi.