Cerewet.site - Bank-bank besar tampaknya mulai mencari cara lain untuk menahan suku bunga tinggi. Ini terlihat dari beberapa bank yang mulai mengambil alih bisnis anak perusahaannya.

Misalnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengambil keputusan untuk menggabungkan PT BCA Finance (BCA Finance/BCAF) dan PT BCA Multi Finance (BCA Multi Finance/BCAMF). Rencana merger direncanakan selesai pada 1 September 2024.

Menurut Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, merger ini akan menyatukan semua potensi layanan pembiayaan BCA dengan tujuan untuk melahirkan entitas baru yang lebih kuat, unggul, efektif, dan efisien.

Jahja menyatakan, "Lini bisnis pembiayaan sepeda motor BCA Multi Finance dipastikan tetap hadir di pasar dan menjadi bagian dari BCA Finance."

Hera F. Haryn, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, mengatakan bahwa pengembangan anak perusahaan berfokus pada bekerja sama dengan induk untuk menyediakan solusi keuangan yang lengkap untuk memenuhi berbagai kebutuhan nasabah yang terus berkembang.

BCA Finance saat ini adalah anak perusahaan dengan penyumbang laba bersih terbesar. Pada kuartal I 2024, BCA dan anak usaha membukukan laba bersih sebesar Rp 12,9 triliun, atau tumbuh 11,7% secara tahunan (YoY).

Hera menyatakan, "Secara keseluruhan, kami melihat anak-anak perusahaan mampu mempertahankan kontribusinya terhadap profitabilitas Grup BCA."

Hera menyatakan bahwa ke depan, BCA dan anak perusahaannya akan terus memperluas dan memperkuat ekosistem kerja sama di bidang yang memiliki potensi di masa depan di bidang jasa keuangan dan teknologi.

Pada saat yang sama, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga mengambil tindakan serupa. Bank dengan logo pita emas telah menjual 60% sahamnya di PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia (juga dikenal sebagai Mandiri Inhealth).

Dalam transaksi tersebut, Bank Mandiri memperoleh nilai transaksi sebesar 1,71 triliun untuk divestasi Mandiri Inhealth, yang merupakan bagian dari konsolidasi perusahaan asuransi nasional dengan IFG sebagai induknya.

Menurut Darmawan Junaidi, Direktur Utama Bank Mandiri, sektor asuransi tetap mencatatkan kinerja yang baik. AXA Mandiri adalah anak perusahaan utamanya di sektor ini.

Menurut data dari kuartal I tahun 2024, AXA Mandiri masih mampu mencatatkan pertumbuhan laba sekitar 2,91% per tahun menjadi Rp 350 miliar, dengan total pendapatan tumbuh 14,3% per tahun menjadi Rp 3,74 triliun.

Darmawan menyatakan bahwa upaya perusahaan untuk meningkatkan perlindungan jiwa dan kesehatan masyarakat melalui penyediaan produk asuransi jiwa yang inklusif dan layanan inovatif mendukung pencapaian ini.

Oleh karena itu, kontribusi AXA Mandiri masih sangat signifikan dengan menempati peringkat kedua dari sisi keuntungan, sementara PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) menempati peringkat pertama dengan laba sebesar Rp 1,7 triliun selama periode tersebut.

Sebagai informasi, anak usaha Bank Mandiri mencatatkan laba bersih sebesar Rp3 triliun pada kuartal I 2024, atau tumbuh 10,62% tahunan. Dari jumlah ini, laba bersih total Bank Mandiri sebesar Rp1,57 triliun, atau tumbuh 7,56% tahunan.

Darmawan menyatakan bahwa anak perusahaan Bank Mandiri di bidang multifinance, selain perbankan dan asuransi, juga berkontribusi pada peningkatan kinerja keuangan. Pertumbuhan aset PT Mandiri Tunas Finance (MTF) dan PT Mandiri Utama Finance (MUF) masing-masing tumbuh 22,6% tahun ke tahun dan 43,6% tahun ke tahun.

Dia menambahkan bahwa keduanya tercatat mampu mempertahankan aset Mandiri Grup melalui pertumbuhan yang signifikan.

Menurut Darmawan, pertumbuhan ekonomi inklusif dapat dibantu oleh kontribusi besar Mandiri Group. Ini akan menghasilkan lebih banyak nilai dan keuntungan bagi masyarakat.

Diakhiri dengan mengatakan, “Dengan pencapaian ini, Mandiri Group semakin kokoh dalam menjalankan visi dan misi perusahaan untuk memberikan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan.”