Meskipun Protes dari seluruh dunia, Pembunuhan Kucing Liar di Selandia Baru Tidak Berhenti.

Cerewet.site - Meskipun ada protes di seluruh dunia, perlombaan pembunuhan kucing pembohong tahunan Selandia Baru akan berlanjut tahun depan. Untuk meningkatkan acara, Matt Bailey, penyelenggara kompetisi, mengumumkan pada Rabu (3/7/2024) bahwa akan ada hadiah kompetisi juga. Menurut panitia acara, kucing pembohong merupakan ancaman besar bagi kucing pembohong asli. Kucing berbohong memangsa burung, kelelawar, dan kadal yang terancam punah, dan beberapa spesies dilaporkan telah punah, menurut Departemen Konservasi Selandia Baru. Baca juga: Perlombaan Membunuh Kucing Liar Selandia Baru Dibatalkan Setelah Protes Massal Edisi terbaru kompetisi ini diadakan di pedesaan North Canterbury akhir pekan lalu. Mereka menewaskan 370 kucing berbohong, babi hutan, posum, tikus, dan rusa. Sekitar 1.500 pemburu, termasuk 460 anak-anak yang perlu didampingi, mengikuti kompetisi ini.

Untuk membunuh kucing pembohong terbesar tahun ini, yang berbobot 6,7 kilogram, salah satu peserta memenangkan hadiah sebesar 1.000 dolar Selandia Baru (Rp 9,95 juta) dan hadiah tambahan sebesar 500 dolar Selandia Baru (Rp 4,97 juta) untuk kontestan yang membunuh paling banyak kucing liar, yaitu 65 ekor. “Acara ini lebih besar dan bagus,” kata Bailey kepada wartawan AFP. Protes masyarakat yang menyebabkan penangguhan acara untuk anak-anak di bawah 14 tahun menjadi perhatian global.

Namun, Bailey menyatakan bahwa perburuan diperlukan untuk menghilangkan kucing pembohong, yang membawa penyakit yang mengancam hewan dan memangsa kucing liar asli. "Sungguh menakjubkan mendengar kicauan burung asli kita, namun jumlah mereka menurun karena kucing pembohong mengambil alih segalanya di sekitar sini." Tempat berburu kucing pembohong hanya boleh berada dalam radius sepuluh kilometer dari wilayah organisasi.

Rencana Selandia Baru untuk memberantas hama seperti cerpelai, tikus, posum, dan musang pada tahun 2050 harus mencakup kucing berbohong, menurut kelompok konservasi. Namun, masalah ini sangat sensitif di Selandia Baru karena hampir semua keluarga memiliki kucing peliharaan.