.jpeg)
Karena kepadatan energinya yang tinggi dibandingkan dengan beratnya, polimer lithium dan lithium-ion adalah jenis baterai yang paling umum di kendaraan listrik modern. Baterai isi ulang lainnya yang digunakan dalam kendaraan listrik termasuk baterai timbal-asam (juga dikenal sebagai "flooded", "deep-cycle", dan "asam timbal yang diatur katup), nikel-kadmium, nikel-logam hidrida, dan, lebih jarang, baterai seng-udara dan natrium nikel klorida.[1] Ukuran energi total biasanya dalam kilowatt-jam, tetapi jumlah listrik (yaitu muatan listrik) yang disimpan dalam baterai diukur dalam ampere jam atau coulomb.
Permintaan untuk elektronik portabel, komputer laptop, ponsel, dan perangkat listrik telah mendorong kemajuan teknologi baterai lithium-ion sejak akhir 1990-an. Kemajuan dalam kinerja dan kepadatan energi telah menguntungkan pasar BEV dan HEV. Baterai lithium-ion berbeda dari baterai kimia sebelumnya, terutama nikel-kadmium, karena mereka dapat diisi ulang dan dilepaskan setiap hari.
BEV atau HEV lebih mahal karena paket baterai. Biaya baterai EV turun 87% per kilowatt-jam sejak 1 Desember 2019.[2] Kendaraan dengan jangkauan listrik lebih dari 250 mil (400 km), seperti Tesla Model S, telah dikomersialkan sejak tahun 2018, dan saat ini dapat diakses di berbagai segmen kendaraan.[2]